Jumat, 25 Juni 2010

Mengunjungi Masjid Agung Cirebon




Yap.....!
Inilah kota Cirebon, silakan mampir kalo pas mudik yang lewat jalur pantura. Ada beberapa masjid bersejarah di kota Cirebon, salah satunya adalah masjid Agung Sang Cipta Rasa. Yang tepat berada di depan Keraton Kesepuhan Cirebon.

Kota
Cirebon sudah sejak lama dikenal sebagai Kota Wali. Sebutan itu tidak bisa dilepaskan, karena Cirebon dirintis oleh salah seorang dari Wali Songo yaitu Sunan Gunung Jati.

Untuk memudahkan penyebaran agama Islam, para wali mendirikan masjid bagi masyarakat Cirebon. Masjid ini diberi nama Masjid Agung Sang Cipta Rasa, didirikan pada tahun 1498 M. ‘Sang’ artinya keagungan, ‘cipta’ artinya yang dibangun dan ‘rasa’ artinya digunakan.

Secara arsitektur, masjid ini bercorak seperti candi Hindu. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan lingkungan sekitar di mana agama dan budaya Hindu masih kental di Cirebon saat abad 15 itu.

Bagian pondasi bangunan terdiri dari batu bata merah yang disusun rapi dengan tiang penopang dari kayu jati.

Secara umum, masjid ini terdiri dari 2 bagian ruangan salat, luar dan dalam atau ruangan utama. Bagian luar berbentuk seperti teras keraton/kesultanan. Bangunan ini tidak terasa aneh, karena Cirebon memiliki dua kesultanan yaitu Kanoman dan Kasepuhan.

Di bagian luar masjid nampak berdiri tiang-tiang penyangga dari kayu jati berwarna coklat kehitaman. Bahkan satu tiang kayu jati yang ditanam oleh Sunan Kalijaga masih kokoh berdiri sampai sekarang.

Sedangkan untuk bagian dalam/utama, bangunan ini berbentuk kubus menyerupai Ka’bah Mekkah. Kubus ini memiliki 9 pintu masuk yang ukurannya berbeda-beda. 1 Pintu utama di bagian timur, 4 pintu kecil dan 4 pintu berukuran sedang di bagian samping.

Tinggi dan lebar pintu samping tidak lebih berukuran 150 x 25 cm. Sehingga siapapun yang hendak masuk ke dalam harus membungkukan badan.

Maknanya, kalau masuk rumah Allah tak ada yang boleh sombong dengan menegakkan badan. Sementara itu, pintu utama masjid berupa pintu kayu dengan bagian kusen berhias ukiran dengan bentukan tiang di sisi kiri dan kanan pintu berhias ornamen kaligrafi. Pintu utama tempat salat ini hampir tidak pernah dibuka, kecuali pada saat Sholat Id atau pada waktu perayaan Maulid Nabi Muhammad.

Jika masuk ke dalam masjid, kita akan melihat tempat salat khusus bagi Sultan Kanoman dan Kasepuhan. Tempat itu berbentuk persegi berukuran 2,5 x 2,5 meter dikelilingi kayu, mirip sebuah kandang.

Konon, tempat tersebut dibuat karena saat Sultan salat selalu dikerubungi rakyat Cirebon. “Untuk khusyu (salatnya), kedua Sultan diberi pembatas ini,” jelasnya sambil menunjuk tempat privat kedua Sultan.

Untuk dinding bagian depan, berupa bata putih dengan hiasan ukiran kaligrafi berjumlah 9 di sebelah kiri dan 9 di sebelah kanan, melambangkan 9 wali penyebar agama Islam di Jawa.

Sementara, pada bagian luar masjid ini dikelilingi pagar berbentuk candi khas hindu. Pagar tersebut terbuat dari susunan batu bata merah. Di sebelah utara masjid, terdapat 2 buah bak air mirip gentong besar yang sering digunakan Sultan sebagai tempat wudhu.

Setiap harinya, masjid ini sering menjadi tempat wisata rohani yang wajib dikunjungi para wisatawan selain Sunan Makam Gunung Jati. Kalangan yang datang mulai dari turis domestik hingga luar negeri.

Masjid ini terletak di komplek alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon. Dari Terminal Cirebon hanya membutuhkan waktu 15-20 menit untuk sampai.

Aktivitas di masjid ini ramai oleh peziarah ketika malam Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon. Biasanya orang datang untuk berzikir dan tirakatan malam. Beberapa orang percaya akan mendapatkan keberkahan jika melaksanakan ibadah di masjid wali ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar